Berbagi dengan Kisah Kasih
Kisah Kasih
Hi, back with me Arina di ‘My Digital Diary’
Baru-baru ini gue dapat pelajaran yang jarang gue dapatkan
di kelas, karena pelajaran ini harus praktik di lapangan langsung.
Pelajaran apa itu?
Yaps. Pelajaran berbagi.
Gue dapet kesempatan untuk mewawancarai para PKL di daerah
Ciracas, Jakarta Timur dan Jakarta Barat, dengan total 22 PKL.
Dari mereka gue belajar, apa itu kerja keras, apa itu
keluarga, apa itu Uang, dan apa itu berbagi.
Karena adanya pandemi Covid 19 ini, banyak bangett berbagai
sector yang merasakan dampaknya, bahkan negara maju aja sampe kewalahan!
Saat itu gue bertemu dengan bapak pedagang aksesoris.
Ketika gue mewawancarai nya, ia berkata
“pendapatan saya turun banget. Yang awalnya dapat
100rb-200rb kini turun mentok-mentok 50rb”
Si bapak kembali berkata, “Pemerintah memang menyuruh
kita untuk tetap dirumah. Cuman kan pemerintah tidak mengasihkan kami
penghasilan. Saya mah neng, bukan takut corona, tapi saya lebih takut lagi
kalau keluarga saya gak makan”
Seketika ‘jlebbb’ kalimat itu nyesek banget gue denger.
Bapak ini sayang banget ama keluarga nya ☹
Sibapak tetap berkeliling untuk menjual dagangannya,
meskipun sudah tidak ada lagi anak sekolahan yang biasa mengerubuni dagangan
miliknya. Tapi bapak yakin, pasti ada rezeki yang bisa ia jemput.
Semoga si bapak dan keluarga sehat-sehat ya.
Cerita lainnya dari si ibu pedagang sayuran.
Ibu ini sebelum pandemic bekerja di pabrik yang cukup
menjanjikan salary nya.
Sudah terbiasa hidup dengan enak, seketika mendadak harus
bersusah payah mencari uang demi bisa makan.
Iya ibu ini kena PHK. Tidak pernah terbayangkan oleh si ibu,
untuk terjun ke lapangan langsung dan panas panasan hanya demi sesuap nasi.
Si ibu memberi gue wejangan dan persis kalimat itu gue inget
banget,
“kamu, mumpung masih muda, simpan duit baik-baik. Kalau
sudah pandemic seperti ini, kamu akan tau dan menghargai apa itu uang”
Nasihat itu akan aku inget selalu, bu.
Cerita terakhir lainnya dari bapak sol sepatu
Bapak ini punya tujuh anak. (Gue shocked) Dan si istri
hanya ibu rumah tangga. Penghasilan sehari hari mereka mengandalkan dari hasil kerja
sol sepatu nya.
Sempet gue meneteskan air mata pas bapak itu bilang,
“Pernah seharian saya tidak makan neng. Mau gimana lagi. Semenjak ada pandemic, orang-orang jadi jarang keluar. Tidak ada orang kantoran yang ingin di sol sepatunya lagi. Apalagi anak sekolahan neng. Tapi saya syukuri aja neng”
‘jleb’ deep banget! Gue gak bisa berkata apa-apa lagi. Cuma bisa ikut nangis.
Jujur. Diri ini maluu banget. Diri ini suka mengeluh. Belum
pandai untuk bersyukur.
Malu. Malu banget. Gue bener-bener dapet banyak pelajaran dari mereka semua.
TERIMA KASIH UNTUK PARA PKL YANG SUDAH MAU DI WAWANCARAI
It means a lot to me.
Dan terima kasih, untuk kesempatan berbagi nya. Semoga sembako yang telah didonasikan oleh teman-teman dari kisah kasih, bisa berguna untuk 3-4 hari kedepan.
Itu aja yang bisa gue tulis kali ini.
Ambil positifnya ya gaiss !!
See you on the next blog!
Komentar
Posting Komentar